Text
The stone turtle = batu penyu faut pen
Dahulu kala, ada cerita tentang seorang nenek yang hidup di suatu kampung di Pulau Kei Kecil. Nenek itu hidup sendiri. Tidak ada kerabatnya di kampung itu. Setiap hari nenek itu menanam apa saja di kebunnya. Di sekitar rumah nenek itu, hidup pula keluarga-keluarga lain yang juga bekerja di ladang. Selain bertani, masyarakat di kampung itu kadang ke laut untuk mencari ikan. Suatu ketika, para lelaki hendak ke laut. Seluruh wanita mempersiapkan bekal untuk suami dan anak-anak mereka yang akan melaut. Tak terkecuali nenek ini. Tibalah para lelaki di kampung itu kembali dengan hasil tangkapan yang luar biasa banyaknya. Namun, yang paling menarik perhatian adalah hasil tangkapan berupa seekor penyu yang besar. Atas saran kepala kampung, penyu itu akan dipotong dan dibagikan kepada seluruh warga kampong dengan ukuran yang sama. Nenek juga mendapat bagian dari hasil tangkapan itu. Tetapi, potongan penyu yang diberikan kepada nenek hanya sebagian kecil dan berupa tulang-belulang. Orang kampung menganggap nenek itu tidak memerlukan bagian yang banyak karena hanya hidup seorang diri. Karena mendapat bagian yang kecil, nenek menjadi sangat sakit hati. Dengan geram dan marah, nenek itu berjalan ke tepi pantai. Di sana, ia berteriak menyumpahi seluruh warga kampung yang menyakitinya. Tiba-tiba, kampung tersebut yang dulunya rata, berubah menjadi gundukan tanah yang tinggi. Seluruh warga kampung terkubur di dalamnya Anehnya, gundukan tanah itu bentuknya mirip dengan cangkang penyu. Sampai sekarang, tempat tersebut dinamakan gunung Batu Penyu.Tempat tersebut berada di antara kampung Ngayub dan Ohoiluk, di Pulau Kei Kecil.
Tidak tersedia versi lain